Al-Junaid rahimahullah berkata: “Kefakiran adalah lautan bala’ (bencana). Sementara seluruh bencananya adalah kemuliaan.” Al-Junaid rahimahullah juga berkata: “Jika ilmu seorang fakir menguat maka cinta (mahabbah)nya akan melemah. Dan jika ilmunya melemah maka cintanya akan menguat. Sedangkan kebijakan hukum seorang fakir seharusnya ilmunya berada di atas cintanya.” Saya mendengar ad-Duqqi - rahimahullah - yang saat itu berada di Damaskus, berkata: Saya mendengar Abu Bakar azZaqqaq-rahimahullah - di Mesir berkata, “Selama empat puluh tahun saya berteman dengan orang-orang fakir. Saya bergaul dengan mereka, tapi saya tidak pernah melihat satu pemandangan pun yang lebih sejuk dari keadaan mereka yang saling mencintai antara satu dengan yang lain. Maka barangsiapa tidak memiliki taqwa dan wara` (jaga diri dari syubhat) dalam hal ini jelas la akan makan barang yang mesti haram.” Dikisahkan dari Abu Abdillah al Jalla’ - rahimahullah -yang berkata, “Barangsiapa dalam kefakirannya tidak dibarengi dengan wara`, tentu la akan makan barang haram murni, sedangkan ia tidak menyadarinya.” Dikisahkan dari Sahl bin Abdullah - rahimahullah - yang berkata, “Adab seorang fakir yang jujur dalam kefakirannya ada tiga: Tidak meminta di kala la membutuhkan, tidak menolak jika diberi dan tidak menyimpan untuk waktu berikutnya ketika ia mengambil.” Sebagian kaum Sufi berkata, “Adab seorang fakir yang jujur ada tiga: Tidak meminta, tidak membantah dan jika dibantah akan diam.” Dikisahkan dari Sahl bin Abdullah - rahimahullah - yang berkata, “Seorang fakir memiliki tiga kewajiban: Menjaga rahasia hatinya, menunaikan apa yang diwajibkan kepadanya dan menjaga kefakirannya.” A1 Junaid - rahimahullah - berkata, “Segala sesuatu akan sanggup dilakukan oleh seorang fakir kecuali kesabarannya atas waktu hingga habis masanya.” Ibrahim al-Khawwash - rahmahullah - berkata, `Ada dua belas sifat yang menjadi ciri seorang fakir (yakni para kaum Sufi), balk ketika sedang di rumah maupun ketika sedang bepergian:
Sebagian kaum Sufi yang lain berkata, “Seorang fakir, apabila banyak akal maka perilaku baiknya akan hilang.” Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahTmahullah - berkata: Di antara adab para fakir Sufi dalam menyikapi apa yang diberikan Allah kepada mereka dengan tanpa terlebih dahulu meminta dan berharap hendaknya tidak mengucapkan, “Ini milikku, dan ini milik Anda.” Sementara dalam pembicaraan mereka tidak boleh ada kata-kata, “Aku adalah untuk Anda, sementara Anda bukan untukku. Aku berbuat demikian semoga menjadi demikian. Aku tidak melakukan demikian, semoga demikian.” Dikisahkan dari Ibrahim bin Syaiban - rahmahullah -yang berkata, “Kami tidak pernah bersahabat dengan orang yang mengatakan, `Ini adalah sandalku dan tempat minumku’.” Abu Abdillah Ahmad al-Qalanisi-dimana la adalah guru al-Junaid - berkata, `Aku pernah mendatangi sekelompok orangorang fakir di Basrah. Kemudian mereka menghormati dan mengagungkanku. Suatu saat aku pernah mengatakan kepada salah seorang di antara mereka, `Dimana sarungku?’ Maka sejak saat itu aku jatuh dan rendah dalam pandangan mereka.” Abu Ishaq Ibrahim bin al-Muwallad ar-Raqqi berkata, “Saya pernah masuk di Tharasus. Kemudian dikatakan kepadaku, `Di sini ada sekelompok orang dari saudara-saudara Anda yang berkumpul di suatu rumah.’ Kemudian saya masuk menemui mereka, dan saya melihat ada tujuh belas orang fakir yang sehati.” Dikatakan kepada Abu Abdillah Ahmad al-Qalanisi - rahimahullah, “Atas dasar apa Anda membangun madzhab Anda?” Kemudian la menjawab, `Atas dasar tiga perkara:
Al Junaid - rahimahullah - berkata, “Jika Anda berjumpa dengan orang fakir maka sambutlah dengan penuh kasih, dan jangan sambut la dengan ilmu. Sebab kelembutan cdan kasih sayang akan penghiburnya, sedangkan ilmu akan membuat gelisah.” (SN) |
Masjid An-Nabawi
Thursday, February 12, 2009
Adab Sang Fakir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment